Senin, 20 Desember 2010

krisis Global

A. PENGERTIAN KRISIS EKONOMI GLOBAL
Krisis ekonomi Global merupakan peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Ini dapat kita lihat bahwa negara adidaya yang memegang kendali ekonomi pasar dunia yang mengalami keruntuhan besar dari sektor ekonominya. Bencana pasar keuangan akibat rontoknya perusahaan keuangan dan bank-bank besar di Negeri Paman Sam satu per satu, tinggal menunggu waktu saja. [1]Bangkrutnya Lehman Brothers langsung mengguncang bursa saham di seluruh dunia. Bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7 sd 10 persen. Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Tak terkecuali di AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street mengalami kerugian besar.
B. AKIBAT TERJADINYA KRISIS EKONOMI GLOBAL
1. AKIBAT KRISIS EKONOMI GLOBAL BAGI LUAR NEGERI
Pada tahun 1907 krisis perbankan Internasional dimulai di New York, setelah beberapa decade sebelumnya yakni mulai tahun 1860-1921 terjadi peningkatan hebat jumlah bank di Amerika s/d 19 kali lipat. Selanjutnya, tahun 1920 terjadi depresi ekonomi di Jepang. Kemudian pada tahun 1922 – 1923 German mengalami krisis dengan hyper inflasi yang tinggi. Karena takut mata uang menurun nilainya, gaji dibayar sampai dua kali dalam sehari. Selanjutnya, pada tahun 1927 krisis keuangan melanda Jepang (37 Bank tutup); akibat krisis yang terjadi pada bank-bank Taiwan
Pada tahun 1929 – 30 The Great Crash (di pasar modal NY) & Great Depression (Kegagalan Perbankan); di US, hingga net national product-nya terbangkas lebih dari setengahnya. Selanjutnya, pada tahun 1931 Austria mengalami krisis perbankan, akibatnya kejatuhan perbankan di German, yang kemudian mengakibatkan berfluktuasinya mata uang internasional. Hal ini membuat UK meninggalkan standard emas. Kemudian1944 – 66 Prancis mengalami hyper inflasi akibat dari kebijakan yang mulai meliberalkan perekonomiannya. Berikutnya, pada tahun 1944 – 46 Hungaria mengalami hyper inflasi dan krisis moneter. Ini merupakan krisis terburuk eropa. Note issues Hungaria meningkat dari 12000 million (11 digits) hingga 27 digits.
Pada tahun 1945 – 48 Jerman mengalami hyper inflasi akibat perang dunia kedua.. Selanjutnya tahun 1945 – 55 Krisis Perbankan di Nigeria Akibat pertumbuhan bank yang tidak teregulasi dengan baik pada tahun 1945. Pada saat yang sama, Perancis mengalami hyperinflasi sejak tahun 1944 sampai 1966. Pada tahun (1950-1972) ekonomi dunia terasa lebih stabil sementara, karena pada periode ini tidak terjadi krisis untuk masa tertentu. Hal ini disebabkan karena Bretton Woods Agreements, yang mengeluarkan regulasi di sektor moneter relatif lebih ketat (Fixed Exchange Rate Regime). Disamping itu IMF memainkan perannya dalam mengatasi anomali-anomali keuangan di dunia. Jadi regulasi khususnya di perbankan dan umumnya di sektor keuangan, serta penerapan rezim nilai tukar yang stabil membuat sektor keuangan dunia (untuk sementara) “tenang”.
Namun ketika tahun 1971 Kesepakatan Breton Woods runtuh (collapsed). Pada hakikatnya perjanjian ini runtuh akibat sistem dengan mekanisme bunganya tak dapat dibendung untuk tetap mempertahankan rezim nilai tukar yang fixed exchange rate. Selanjutnya pada tahun 1971-73 terjadi kesepakatan Smithsonian (di mana saat itu nilai 1 Ons emas = 38 USD). Pada fase ini dicoba untuk menenangkan kembali sektor keuangan dengan perjanjian baru. Namun hanya bertahan 2-3 tahun saja.
Pada tahun 1973 Amerika meninggalkan standar emas. Akibat hukum “uang buruk (foreign exchange) menggantikan uang bagus (dollar yang di-back-up dengan emas)-(Gresham Law)”. Pada tahun 1973 dan sesudahnya mengglobalnya aktifitas spekulasi sebagai dinamika baru di pasar moneter konvensional akibat penerapan floating exchange rate sistem. Periode Spekulasi; di pasar modal, uang, obligasi dan derivative. Maka tak aneh jika pada tahun 1973 – 1874 krisis perbankan kedua di Inggris; akibat Bank of England meningkatkan kompetisi pada supply of credit.
Pada tahun 1974 Krisis pada Eurodollar Market; akibat west German Bankhaus ID Herstatt gagal mengantisipasi international crisis. Selanjutnya tahun 1978-80 Deep recession di negara-negara industri akibat boikot minyak oleh OPEC, yang kemudian membuat melambung tingginya interest rate negara-negara industri.
Selanjutnya sejarah mencatat bahwa pada tahun 1980 krisis dunia ketiga; banyaknya hutang dari negara dunia ketiga disebabkan oleh oil booming pada th 1974, tapi ketika negara maju meningkatkan interest rate untuk menekan inflasi, hutang negara ketiga meningkat melebihi kemampuan bayarnya. Pada tahun 1980 itulah terjadi krisis hutang di Polandia; akibat terpengaruh dampak negatif dari krisis hutang dunia ketiga. Banyak bank di eropa barat yang menarik dananya dari bank di eropa timur.
Pada saat yang hampir bersamaan yakni di tahun 1982 terjadi krisis hutang di Mexico; disebabkan outflow kapital yang massive ke US, kemudian di-treatments dengan hutang dari US, IMF, BIS. Krisis ini juga menarik Argentina, Brazil dan Venezuela untuk masuk dalam lingkaran krisis.
Perkembangan berikutnya, pada tahun 1987 The Great Crash (Stock Exchange), 16 Oct 1987 di pasar modal US & UK. Mengakibatkan otoritas moneter dunia meningkatkan money supply. Selanjutnya pada tahun 1994 terjadi krisis keuangan di Mexico; kembali akibat kebijakan finansial yang tidak tepat. Pada tahun 1997-2002 krisis keuangan melanda Asia Tenggara; krisis yang dimulai di Thailand, Malaysia kemudian Indonesia, akibat kebijakan hutang yang tidak transparan. Krisis Keuangan di Korea; memiliki sebab yang sama dengan Asteng.
Kemudian, pada tahun 1998 terjadi krisis keuangan di Rusia; dengan jatuhnya nilai Rubel Rusia (akibat spekulasi) Selanjutnya krisis keuangan melanda Brazil di tahun 1998. pad saat yang hamper bersamaan krisis keuangan melanda Argentina di tahun 1999. Terakhir, pada tahun 2007-hingga saat ini, krisis keuangan melanda Amerika Serikat. Dari data dan fakta historis tersebut terlihat bahwa dunia tidak pernah sepi dari krisis yang sangat membayakan kehidupan ekonomi umat manusia di muka bumi ini.
2. AKIBAT KRISIS EKONOMI GLOBAL BAGI DALAM NEGERI
Resesi ekonomi yang kini melanda AS, juga gejolak keuangan di beberapa belahan dunia, tak boleh dipandang remeh. Pemerintah harus waspada dan antisipatif, karena resesi ekonomi AS kemungkinan semakin parah sehingga bisa berdampak hebat terhadap kehidupan ekonomi di dalam negeri. Di sisi lain, sektor keuangan di beberapa belahan dunia yang lain kini juga bergejolak dan potensial berimbas ke mana-mana, termasuk ke Indonesia.
Eropa Timur dan Amerika Latin sebenarnya pernah mengalami krisis ekonomi dan keuangan. Namun, saat itu krisis tersebut lebih karena pengaruh pergolakan politik di masing-masing negara. Tapi kini krisis ekonomi di kedua kawasan amat potensial karena bubble di sektor keuangan sudah amat berlebihan. Artinya, bubble tersebut hampir pasti segera pecah. Celakanya, kalau negara-negara berkembang yang terkena krisis ekonomi, lembaga-lembaga keuangan internasional cenderung lepas tangan. Akibatnya, krisis yang terjadi bisa sangat parah dan potensial mengimbas ke wilayah lain.
Warung-warung di pelosok Jakarta kini bertumbangan ke jurang kebangkrutan. Itu sebagai bukti bahwa rakyat kebanyakan sudah tak berbelanja lagi. Sementara lapisan atas justru berbelanja keperluan sehari-hari ke pasar-pasar modern milik pengusaha besar. Ini menyebabkan kefailitan raksasa bagi dunia bisnis.
Saat ini dampak resesi ekonomi global yang paling dirasakan adalah pada masyarakat menengah ke atas, terlebih mereka yang bermain saham, valuta asing dan investasi emas.
Dari pantauan media di sejumlah pasar di tanah air, sejak BEJ melakukan suspend pada Jum’at (10/10) kemarin, harga bahan-bahan pangan mulai merangkak naik. Jika sudah begini, masyarakat bawah yang paling merasakan dampaknya.
Walau beberapa kebutuhan pokok, seperti harga beras masih bertahan yakni untuk jenis IR 64 berkisar; Rp6.000/kg, beras kuku balam super; Rp7.000/ kg, minyak goreng; Rp.8000/kg dan gula pasir Rp.6.000/kg relatif stabil. Demikian juga dengah harga ayam kampung yang tetap di harga Rp40.000/kg dan telur bebek Rp1.300-Rp1.400 per butir. Namun, tak ada jaminan harga-harga kebutuhan pokok ini tidak akan merangkak naik.
Sedangkan harga bahan pangan lainnya seperti daging lembu yang sempat bertengger di posisi Rp 60.000-Rp65.000/kg, turun menjadi Rp.45.000/kg. Sedangkan harga-harga yang mulai naik, antara lain; ayam potong yang beberapa waktu lalu Rp22.000/kg, kini menjadi Rp.25.000/kg. Telur ayam potong yang kemarin sempat Rp800-Rp850/butir, kini naik, Rp.2000/butir. Harga sayur mayur seperti cabai merah Rp20.000/kg, naik menjadi Rp. 30.000/kg. Adapun bawang merah Rp9.000 naik menjadi Rp10.000/kg; tomat naik ke posisi Rp 6.000 per kg dari Rp.5000/kg.
Selain itu, kenaikan harga bahan baku di sektor properti akibat pengaruh krisis ekonomi global, sangat mungkin terjadi. Seperti di kutip dari Antara.co.id, Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah, Adib Adjiputra, di Solo, beberapa waktu lalu mengatakan, harga bahan baku yang diproduksi di dalam negeri maupun luar negeri, berpotensi terpengaruh oleh krisis ekonomi ini.
Harga bahan baku seperti besi, keramik, semen dan sejumlah aksesori rumah lainnya yang berasal dari industri manufaktur, kata dia, sangat rentan mengalami kenaikan.
Kenaikan bahan baku akibat dampak krisis ekonomi ini akan semakin menyulitkan sektor properti, setelah sebelumnya juga diterpa kenaikan harga bahan baku akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
Pada sektor properti ini, tipe rumah kelas menengah ke atas yang akan paling besar terkena dampak terjadinya krisis ekonomi ini. Kenaikan tingkat suku bunga pasti akan mengikutinya. Sehingga harga cicilan rumah perbulannya akan naik. Sedangkan untuk rumah kelas menengah ke bawah sedikit tidak berpengaruh karena sebagian sudah disubsidi pemerintah.
Solusi Mengatasi Krisis Global
Sektor Keuangan
Banyak cara yang dapat dilakukan pemerintah dan bank sentral dalam menangani masalah sektor keuangan. Peran Bank Indonesia disini lebih besar terutama dalam membuat kebijakan-kebijakan yang dapat menstabilkan kondisi sektor keuangan. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat berupa penurunan suku bunga. Penurunan suku bunga diharapkan akan memacu usaha melalui penyaluran kredit. BI juga harus dapat menjaga likuiditas perbankan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kepercayaan nasabah agar tidak terjadi kepanikan akan keringnya likuiditas perbankan. BI juga harus dapat mempertahankan kurs rupiah terhadap US dollar. Walaupun, masih sulit untuk kembali ke level Rp9.000,00, setidaknya rupiah tidak lagi meroket seperti yang terjadi sebelumnya. Memang cukup dilema dalam mempertahankan nilai kurs ini. BI harus menggunakan cadangan devisa hampir 10% guna menstabilkan nilai rupiah. Tindakan lain yang dapat dilakukan BI adalah dengan tindakan preventif seperti pembatasan keluarnya uang ke luar negeri. Misalnya, dengan mebatasi keluarnya uang sebesar 100.000 US$ per tahun. Dan memberlakukan NPWP bagi masayarakat yang ke luar negeri.
Sektor Perdagangan
Diantaranya, dengan membatasi pintu masuk transaksi internasional, memberikan perlindungan bagi pelaku usaha, dan pemberdayaan bagi UKM. Pemerintah yang mengumumkan tahun 2009 adalah sebagai tahun ekonomi kreatif merupakan sinyal positif untuk meningkatkan kegitan ekonomi, khususnya sektor yang berbasis UKM. Selain itu dengan membuat iklim usaha yang baik akan mendukung kemajuan ekonomi. Mengingat selama ini, Indonesia masih merupkan negara yang tergolong sulit dalammenciptakan usaha baru karena adanya hambatan regulasi maupun birokrasi.
Sektor Properti
Pada sektor properti dapat dilakukan dengan mengoptimalisasi pajak dari kepemilikan saat ini. Selain itu, langkah dalam mempercepat kebijakan tentang kepemilikan apartement bagi warga negara asing juga harus dilakuakan. Mengingat dengan kebijakan tersebut maka mobilitas para pelau usaha akan semakin mudah dan nantinya berujung pada efisiensi. Yang perlu dicermati dalam sektor properti adalah masalah pembangunan properti yang semakin marak. Pemerintah diharapkan lebih selektif terhadap developer-developer yang ada. Mengingat tahun depan perekonomian akan melemah, jadi permintaan akan properti juga akan mengikuti kondisi tersebut. Tentunya kita tidak ingin bernasib sama dengan apa yang terjadi pada Amerika saat ini.
Sektor Perkebunan dan Pertanian
Untuk masalah sektor perkebunan dan pertanian, pemerintah dapat melakukan cara dengan membeli hasil produksi sesuai dengan harga yang wajar sebagai stock. Misalnya, dengan membeli hasil produksi padi pada harga tertentu di saat panen yang akan digunakan sebagai cadangan beras bulog. Nantinya stock tersebut akan digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong produksi, sehingga ketergantungan akan barang impor dapat dikurangi.
Sektor Tenaga Kerja
Diantaranya adalah dengan menyamakan visi antara pengusaha dan pekerja. Pihak-pihak pekerja harus dapat memaklumi bahwa tahun depan akan terjadi pelemahan ekonomi, sehingga secara langsung atau tidak langsung akan berdampak pada kegiatan perusahaan. Selanjutnya pekerja juga diharapkan dapat memahami peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Pekerja jangan terlalu skeptis akan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah karena setiap kebijakan yang dikelurkan sudah tentu mempertimbangkan segala aspek dan kepentingan tanpa cenderung berpihak pada satu golongan saja (baca: pengusaha). Memang tahun depan diperkirakan akan banyak terjadi PHK massal. Namun, momen inilah yang tepat untuk menunjukkan keberadaan peran dari Jamsostek.
Sektor Pariwisata
Hal yang lumrah dilakukan pada sektor ini adalah dengan mengoptimalkan sektor parawisata domestik. Tahun 2008 yang mengusung tema “Visit Indonesia 2008″ memang terasa tidak terlalu optimal. Inilah peran pemerintah agar dapat menarik wisatawan domestik untuk lebih memilih temapt-tempat wisata domestik ketimbang pergi ke luar negeri. Tentunya dengan memperbaiki sistem dan infrastruktur dari setiap parawisata agar terlihat menarik bagi wisatawan. Potensi parawisata kita sangatlah besar. Kita masih dapat menggali banyak potensi-potensi yang ada untuk meningkatkan pendapatan negara.


Sumber:
http://syopian.net
http://hapiz.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar